Hampir
semua kota besar di Indonesia terus berupaya mengurai kemacetan, baik dengan
jalan layang non-tol, jalur-jalur khusus (misal busway), tol lingkar luar, bus
transit, sampai skema arus berlawanan (contraflow)
yang sifatnya sangat situasional. Di sisi makronya, kini pemerintah di banyak
kota juga tengah berlomba mewujudkan bentuk “kota cerdas”, yang pilotnya sudah
diterapkan lebih dulu oleh Surabaya melalui Smart
Budgeting.
Ide
ini sukses mengantar Kota Pahlawan menerima penghargaan sebagai kota cerdas di
Indonesia pada tahun 2011. Tidak lama setelah itu, lingkup kota cerdas tidak
lagi menyasar soal aplikasi transparansi anggaran (e-budgeting) dan pelayanan publik melalui e-government, melainkan semakin luas termasuk ke sektor
transportasi.
Demi
mengetahui lebih jelas titik-titik masalah kemacetan kota, polisi dan Dinas
Perhubungan mengintegrasikan infrastruktur transportasi dengan teknologi
databit lewat pemantauan kamera CCTV
di jalan-jalan utama. Tayangan informasi langsungnya lewat televisi dan radio
membantu pengendara memilih rute alternatif jika tadinya hendak melewati
jalan-jalan pusat macet yang disiarkan tersebut.
Pemerintah
kota cukup berhasil memetakan titik-titik kemacetan melalui tayangan terkini (real time) yang diteruskan ke
pusat-pusat koordinasi. Hanya saja, informasi kemacetan yang sangat membantu
ini hanya disiarkan di stasiun televisi dan radio pada jam-jam tertentu
sehingga belum dapat dinilai sebagai solusi mengurai atau menghindari kemacetan
lalu lintas sepanjang hari. Alternatifnya, pengemudi dan pengguna jasa
transportasi umum di kota-kota kini mengandalkan global positioning system (GPS), yang tersemat di ponselnya, guna
memantau kemacetan lalu lintas beberapa menit sebelum melewati sebuah jalan.
Tahun
2020 mendatang, lebih dari 70% seluruh telepon pintar akan dilengkapi dengan
GPS dengan kenaikan signifikan sebesar 20% setiap tahunnya (http://iveybusinessjournal.com). Dengan perkembangan
teknologi, kini semua telepon pintar telah dilengkapi GPS (Global Positioning System) dengan informasi cukup rinci soal
jaringan jalan khususnya di kota-kota metropolitan. Setiap tahun inovasi mesin
pencari rute alternatif maupun alamat melalui Maps terus berkembang.
Kini
kita tidak hanya dimudahkan dalam mencari alamat saja atau rute tertentu yang
ingin dituju, aplikasi pemetaan dan panduan jalan juga telah melengkapi
perangkatnya dengan informasi tingkat kepadatan lalu lintas di jalan-jalan utama.
Titik macet parah suatu ruas jalan yang terekam dalam Google Maps ditandai dengan warna merah, kepadatan sedang berwarna
kuning dan ramai lancar ditandai dengan warna biru.
Data
terkini yang sifatnya masif ini akan sangat membantu pemerintah kota dalam
menganalisis kinerja satu ruas jalan yang berkaitan dengan intensitas waktu
yang dihabiskan pengendara kendaraan serta bahan bakar yang terbuang dalam satuan
waktu/ruas jalan. Dengan cara ini, kinerja ruas jalan akan semakin bergerak
dinamis dengan memanfaatkan data pergerakan dan pembaruan status-status publik
di Internet.
Konsep
ini, dinamakan Smart Routing, membantu
penghematan waktu hingga 15 menit hingga 30 menit per hari, 10.800 jam per
tahun, artinya 1 pengendara bisa menghemat bahan bakar sebanyak 5.400 liter
setiap tahunnya. Dampak positif lainnya, semakin berkurang kendaraan terjebak
kemacetan, maka semakin berurang polusi yang dihasilkan kendaraan dalam sekali
waktu perjalanan.
Ekosistem
data real time ini membangun apa yang
disebut dengan Big Data, mekanisme
pembaruan informasi yang berkaitan dengan kejadian-kejadian nyata di lingkungan
publik, diintergrasikan dengan data fundamental sebuah struktur yang dimiliki
oleh otoritas. Alat bantu ini merupakan kepingan penting yang dapat diterapkan
pemerintah-pemerintah di Indonesia jika ingin mewujudkan efisiensi lalu lintas,
selagi teknologi mulai merambat masuk dengan layanan-layanan berbasis open source dan crowdsource, memanfaatkan arus informasi orang-orang yang setiap
menitnya lalu-lalang di internet.
Di
bidang transportasi khususnya, Big Data yang dimaksud dalam menunjang kinerja
ruas jalan raya di sektor infrastruktur, di mana data seluruh ruas jalan, kelas
jalan, informasi kepadatan lalu lintas, informasi rute busway dan bus-bus pariwisata dapat dirangkum, dipetakan menurut
wilayah, dan diperbaharui secara terkini melalui informasi yang dibagikan
publik pengguna. Berikut ini ilustrasi pengelolaan Big Data untuk sistem transportasi:
Analisis Big Data
Keberhasilan
mengurai kemacetan di kota-kota maju lainnya kini melalui Big Data kini tengah
diteliti. Di Irlandia, firma teknologi IBM telah menggunakan basis Big Data di
Kota Dublin untuk mengidentifikasi akar masalah kemacetan di rute-rute jalur busway mereka.
Menggunakan
berbagai informasi transportasi seperti; waktu perjalanan atau jam puncak, timetables, jalur-jalur bus padat
penumpang dan yang lengang penumpang, alat detektor kemacetan (Inductive-Loop Traffict Detector), data
perubahan cuaca (lokasi yang diprediksi akan turun hujan), kamera CCTV, dinamika GPS seluruh bus kota, pergerakan
taksi, dan peta digital Kota Dublin.
Pusat
informasi dapat menyusun solusi jangka pendek dan panjang untuk kemacetan,
menentukan titik-titik rawan baru, dan meneruskan informasi kecelakaan ke pihak
ketiga. Data ini lalu di-overlay
dengan data real time arus kendaraan
menggunakan analisis geospasial dengan sistem komputerisasi, sehingga titik
penyebab masalah lalulintas ditemukan segera dan respon terhadap masalah lalu
lintas bisa dilakukan lebih awal. Sayangnya, di Indonesia sendiri data statistik kita belum terintegerasi
dengan data-data real time lalu lintas dari Dinas Perhubungan.
Big data yang kemudian dianalisis dengan
metode overlay ini nyatanya memberi
dampak positif dalam hal kekayaan informasi lalu lintas di lapangan. Dengan
keterbatasan tenaga kepolisian dan Dishub yang memantau setiap persimpangan
jalan, Big Data hadir sebagai mata
elang di langit yang meneruskan informasi dalam waktu seketika, apa yang
sebenarnya terjadi dengan pergerakan di atas aspal.
Jika
berhasil terintegrasikan, sistem ini akan membantu sinkronisasi data statistika
digital di monitor, dengan laporan-laporan langsung para petugas lalu lintas di
lapangan. Tujuan utamanya: angka kecelakaan berlalu lintas menurun, kemacetan
teratasi dan yang paling penting, kenyamanan berkendara berhasil dibangun
pemerintah kota setempat. Ke depan, strategi Big Data ini bisa dikembangkan ke
sektor-sektor yang lain seperti sektor pendidikan dan kesehatan, untuk
melengkapi kebutuhan data rigid yang belum banyak ditemukan pada katalog BPS Indonesia dalam Angka.
Infrastruktur untuk
Transportasi Cerdas dengan Basis Big Data
Infrastruktur
cerdas sebagaimana yang dirintis Dublin dan Surabaya dibutuhkan untuk
mengurangi dampak lingkungan, meningkatkan nilai ekonomi dan kualitas hidup
perkotaan. Transportasi cerdas memberi kontribusi positif bagi kinerja
mobilitas, aksesibilitas dan pemerataan pembangunan di seluruh area perkotaan.
Tantangannya,
ini akan membutuhkan teknologi jaringan telekomunikasi yang lebih baru,
walaupun biayanya tidak sedikit. Walaupun tidak semua dari sistem transportasi
cerdas ini menggantungkan seluruh instrumennya pada teknologi. Kabar baiknya
adalah, ide pengelolaan Big Data ini akan semakin meningkatkan pendapatan
nasional karena tingginya permintaan di bidang jasa pelayanan transportasi yang
mengandalkan pada kekuatan jaringan telekomunikasi.
Tahun 2017 saja, belum genap setahun Kementerian Komunikasi dan
Informasi berhasil mengumpulkan pendapatan Negara Bukan Pajak yang tertinggi di
seluruh jajarang kementerian. Kominfo menargetkan Pendapatan Negara Bukan Pajak
di tahun 2017 ini akan mencapai Rp.14 Trillyun.
Agar target pemerintah nasional segera terwujud, maka diperlukan
pengelolaan sebuah sistem Big Data. Sumber data yang sudah tersedia dan kerjasama antar
lembaga terkait sebenarnya memiliki peran penting selain basis teknologi itu
sendiri. Tinggal bagaimana melakukan update
untuk data-data pergerakan lalu lintas melalui teknologi. Data yang terus diperbaharui
ini juga sangat diperlukan sebagai basis data utama.
Bentuk kebutuhan data dan skema operasional yang bisa
diwujudkan untuk pengembangan infrastruktur transportasi cerdas adalah sebagai
berikut:
Sumber: Urban Mobility Guideline |
Untuk
mewujudkan visi ini, tidak hanya kesiapan perangkat teknologi dan data-data
transportasi yang dibutuhkan dalam pembangunan infrastruktur transportasi
cerdas. Sejak awal seluruh pemangku kebijakan di bidang transportasi harus
fokus melihat masalah utama transportasi di kotanya dan tujuan yang hendak
mereka capai dari transportasi cerdas.
Jika
tujuan dari transportasi cerdas adalah mewujudkan kota yang lebih menyenangkan
peningkatan investasi dan peluang ekonomi maka program smart routing saja tidak cukup. Di sisi lain, terobosan ini
memerlukan kesadaran inovasi masyarakat, menyadari bahwa kegiatan di jalan
serta aliran informasi yang mereka teruskan dapat berguna bagi otoritas kota
dalam melakukan pemetaan masalah. Di samping itu, dibutuhkan pusat komando lalu
lintas tersebar di setiap kota, dan dikelola secara independen tidak hanya oleh
kepolisian, tetapi juga badan-badan afiliasi khusus yang berstandar.
Ke
depannya, Big Data bisa dimanfaatkan
untuk kepentingan yang lebih besar. Walaupun di satu sisi ternyata pemerintah memangkas
anggaran infrastruktur sebesar Rp.300 Triliun dari 5.000 Trilliun.
Diharapkan pemangkasan tersebut tidak berdampak siginifikan jika pemerintah
benar-benar serius mengelola Big Data transportasi mereka.
Data
transportasi ini ke depannya dapat
digunakan dalam pendekatan analisis atas penawaran dan permintaan jasa
transportasi, menjamin privasi pengguna jalan dan aplikasi data, memetakan
proyeksi pembangunan jalur-jalur transportasi baru, serta menyiasati skema
pembiayaan pemerintah daerah dalam menerapkan teknologi berkaitan dengan
inovasi lalu lintas.
Comments
Post a Comment
Apa pendapatmu?