Perkembangan Kota dan Kehidupan Seks Kaum Urban (JAKARTA)

“Nantinya dalam kehidupannya, setiap manusia terjebak dalam sebuah gua gelap yang berisi keteraturan kemapanan, dan mereka senang berada di dalamnya.
Karena mereka terbuai dengan segala kesenangan yang ada disana dengan apa yang telah mereka capai, hingga akhirnya mereka takut keluar dari gua tersebut.
Mereka memang bahagia, tetapi diri mereka kosong dan tidak pernah menemukan siapa diri mereka sebenarnya. Mereka tidak punya mimpi”
–Plato—

Tidak dapat dipungkiri bahwa Jakarta telah menjadi magnet bagi kutub Indonesia bagian timur dan barat. Masyarakat berbagai pelosok negeri berlomba ingin mengadu nasib dan mencoba peruntungan di tanah raja perantau ini. Kehidupan kota Jakarta yang begitu dinamis dan multikompleks menjadikan Jakarta menjadi kota “tangguh” jika dibandingkan dengan kota lain di Indonesia. Kehidupan kaum urban Jakarta menuntut mereka untuk berkejaran dengan waktu, mengejar mimpi dan membangun masa depan melalui rentetan problematika kota yang belum terselesaikan.

Warna-warni problematika hidup jutaan penduduk Jakarta melahirkan warga kota dengan tingkat kecerdasan emosional yang cukup baik. Salah satu daya tarik Jakarta yang menjadi trens sosial adalah kompleksitas kehidupan seks perkotaan yang pernah diulas dalam sebuah buku Jakarta Undercover karya Moammar Emka. Buku yang mengulas kehidupan malam kota Jakarta dan segala tindak tanduk manusia dalam memaknai seks diwujudkan dalam ragam ajang sosial, hubungan kerja, rekan bisnis, serta bentuk komunikasi sosial lainnya. Tidak berbeda jauh dengan Jakarta Undercover, film bergenre drama, Six and the city yang dibintangi Sarah Jessica Parker, juga menggambarkan bahwa kehidupan perkotaan telah menghasilkan beragam problematika kehidupan seks kaum urban dan kecenderungannya.

1371425679986154373
sumber ilustrasi:http://arfika.files.wordpress.com/2012/07/cangkir.jpg

Perkembangan kota telah menciptakan berbagai kemudahan dalam menunjang mobilitas penduduk. Penataan kota melalui kebijakan peningkatan mutu dan kualitas pelayanan jasa, komersil dan publik diwujudkan dengan menyediakan berbagai fasilitas standar pelayanan perkotaan. Konsekuensinya adalah kota lantas dipandang sebagai ruang yang menyediakan jutaan masa depan kehidupan yang lebih baik. Bukan kota jika tidak “sibuk”, kemudahan aksessibilitas mampu menjangkau seluruh warga kota untuk berkumpul dan melakukan berbagai aktivitas, kehidupan sosial warga kota tercapai bersama komunitas dan rekan kerja, sedangkan kehidupan sosial bertetangga justru tidak tercapai sama sekali. Setting kota ikut membentuk karakter warga kota, D.K Halim dalam bukuPsikologi Perkotaan menjelaskan bahwa pembentukan struktur kota mempengaruhi perilaku warga kota terhadap lingkungannya, salah satunya bisa memicu ‘stressor’perkotaan.

Kehidupan malam kota Jakarta dan kompleksitas kehidupan seks warga kota boleh jadi juga dipengaruhi oleh pembentukan sistem tata kota (asumsi). D.K halim mengurai bahwa tingkat stress warga kota meningkat apabila setiap hari warga kota harus bertemu dengan masalah kota yang sama setiap hari, contohnya kemacetan. Hal ini mungkin tidak jauh berbeda dengan perilaku seks warga kota yang dipengaruhi oleh perkembangan kota. Tata ruang perkotaan yang diwujudkan dengan menggunakan standar perencanaan penyediaan fasilitas kebutuhan sarana dan prasarana berdasarkan tren jumlah penduduk tanpa mempertimbangkan faktor psikologi, pada akhirnya hanya menciptakan labirin kota bagi warganya.
1371425755480578497
Sumber ilustrasi :http:/stat.ks.kidsklik.com
Ibarat sebuah labirin, orang yang berada di dalam labirin akan kebingungan menyusuri setiap labirin, begitu pula dengan kota. Ruas jalan kota yang saling terhubung satu sama lain, ketidakjelasan fungsi ruang, membuat warga kota seperti kebingungan sendiri di dalam kota. Masih terlalu dini juga untuk menyimpulkan bahwa tata ruang kota merupakan salah satu pemicu munculnya beragam kehidupan seksualitas warga kota, apalagi sepertinya belum ada penelitian yang mengkaji hal tersebut.

Sudut pandang tentang kota bahwa di kota merupakan pusat segala hiburan menjadikan kota diserbu ribuan pembangunan, yang secara sadar atau tidak ikut mempengaruhi kehidupan sosial warga kota. Berdasarkan data yang dilansir melaluihttp://www.lihat.co.id/2013/03/10-kota-dengan-kehidupan-seksual.html, dapat dijelaskan bahwa kompleksitas kehidupan seks warga kota umumnya terjadi di kota besar, dengan didukung berbagai penyediaan fasilitas perkotaan sebagai imbas dari perkembangan kota. Ragam kehidupan seks kaum urban khususnya kota Jakarta telah menjadi daya tarik tersendiri bagi Jakarta, bahwa kehidupan dunia malam kota Jakarta tidak kalah sensasional dan beragam dengan kehidupan malam yang ada di negara lain. Gemerlap sorot lampu jalan kota Jakarta, mengandung dua makna, yaitu gemerlap sorot cahaya yang menunjukkan keindahan kota Jakarta di malam hari serta “keindahan” dunia malam Jakarta, manusia tinggal memilih salah satunya atau keduanya.
***
Ide Tulisan: Buku Jakarta Undercover (Moammar Emka)
Film: Sex and The City
Psikologi Perkotaan (D.K Halim)

Comments