Garis tengah




Seorang anak menggaris tengah jalanan dengan kapur.
mengotori tangannya dan merapal debu dengan lututnya.
Ia berpikir bahwa pekerjaannya mulia.
... bahwa jalan aspal itu adalah penuntun banyak orang.

Garis tengah meliuk mengikuti tikungan
berjenjang untuk rupa-rupa orang yang melintas.
Anak itu tak paham emosi manusia.
... bahwa mungkin ada orang yang melanggar garisnya.

Tengah jalan itu mendaki, maka anak itu mendaki.
Saat turunan, anak menahan tangannya agar tidak jatuh terlalu dalam.
Anak ini mencerca matahari yang menyengat kulitnya.
Pantulan warna putih dari garis memicingkan matanya.

"O, Tuhan, aku ingin bekerja," teriaknya.
Tuhan membalas dengan langit mendung yang menaungi perlahan.
Jalan menuntun orang-orang yang tak saling kenal.
dan mereka yang mengabaikan para penyumbang pikiran.

Garis tengah itu tebal dan tak akan terhapus.
Anak itu mengetahui dirinya bagian dari sejarah sebuah perjalanan.
Perjalanan ribuan orang yang tak saling kenal.
Niatnya telah tunai, usahanya telah usai.

Anak itu melihat keseimbangan
Garis tengah membelah jalan sama lebar.
Untuk keteraturan yang jarang dipikirkan.
dan untuk bunga-bunga yang dideret di persemaian.

Kepalanya limbung tapi pikirnya rampung.
"O, Tuhan, tugasku selesai," katanya mencecap wibawa.

*
Sleman, 23 Agustus.

-------------------------------------
Ilustrasi: 123rf.com/mFelixphoto

Comments