Minggu ke empat Ramadan ruas jalan di Yogyakarta mulai terlihat padat, terutama disepanjang jalan tepatnya di kawasan pusat perbelanjaan. Malioboro, Amplas, Gejayan dan jalan Kaliurang selalu dipadati kendaraan yang menyebabkan kemacetan. Bagi para pendatang (pelajar) dari luar kota Yogyakarta biasanya sudah meninggalkan Yogyakarta sekitar satu minggu menjelang perayaan Idul Fitri. Dapat dikatakan bahwa Yogyakarta dengan berbagai fasilitas kota yang ditawarkan dan dibangun oleh pemerintah telah memberikan kenyamanan bagi warga kota Yogya, tidak hanya bagi penduduk asli, tapi juga bagi pelajar/pendatang yang berasal dari luar Yogyakarta.
Pengalaman mengunjungi beberapa kota di Indonesia, dan saat ini menetap sementara di Yogya, telah memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang membuat kota tersebut tumbuh dengan ciri khas berdasarkan aspek geografis dan struktur kotanya. Pengalaman menetap di Makassar selama 4 tahun dan 17 bulan di Yogyakarta membantu saya dalam menambah referensi mengenai tipe kota di Indonesia. Berkunjung ke Jakarta dan Semarang sekaligus mengamati kota tersebut, saya menyaksikan bahwa ketiga kota besar seperti Semarang, Jakarta dan Makassar memiliki persamaan yang cukup mendasar dalam skala luas wilayah administratif yang berbeda.
Secara fungsional perkotaan ketiga kota tersebut memiliki persamaan, semuanya menawarkan kota sebagai fungsi utama pelayanan jasa dan komersil. Sedangkan Yogyakarta, selama beberapa tahun belakangan memang belum menunjukkan geliat modernisasi perkotaan semarak kota Semarang. Walaupun pada sekitar awal 2013 berbagai proyek pembangunan hotel dan ruko mulai marak didirikan di Yogyakarta. Namun satu hal yang membedakan Yogyakarta dengan kota lainnya adalah ciri khas Yogyakarta yang begitu kuat sebagai kota budaya dan kota pelajar. Sebagai kota budaya, didalamnya Yogyakarta menyuguhkan beragam tawaran destinasi wisata budaya. Penataan kota mengandung nilai filosofis yang dikenal dengan garis sumbu imajiner Merapi, Keraton dan Pantai Parangritis.
Di dalam kota kita akan menemukan ruang publik yang tak pernah sepi, salah satunya adalah kawasan kilometer nol. Dikawasan ini setiap malam dipenuhi warga dan muda-mudi, baik yang memiliki komunitas maupun mereka yang datang secara individu. Komunitas tersebut beragam, mulai dari komunitas yang bergelut dibidang seni, olahraga bahkan komunitas difable pun tidak ketinggalan untuk tampil di tempat ini. Trotoar jalan dan emperan toko tidak ketinggalan menjadi ruang publik bagi warga Yogyakarta.
Tradisi warga Yogyakarta zaman dahulu yang sering melakukan musyawarah lesehan secara langsung menjadi bagian dalam tatanan sosial masyarakat. Tradisi ini juga kemudian mengakar dalam bentuk model sosial seperti makan bersama secara lesehan. Beberapa ruas jalan di Yogyakarta memanfaatkan trotoar sebagai tempat makan. Walaupun fungsi utama trotoar digunakan untuk pejalan kaki, selama trotoar ini digunakan untuk manusia saya menganggapnya masih wajar. Setidaknya trotoar ini masih digunakan oleh manusia, dan bukan tempat parkir kendaraan. Apalagi pedagang ini hanya beroperasi mulai sore hingga malam hari, pagi hingga siang hari, trotoar berfungsi seperti biasa, digunakan untuk pejalan kaki.
Emperan toko di kawasan Malioboro ketika malam hari berubah menjadi tempat makan terpanjang di Yogyakarta. Karena pada malam hari kawasan pertokoan jalan Mangkubumi berbagai jenis kuliner “on street” berderet di depan toko. Warung angkringan KR juga selalu menjadi tempat yang paling ramai. Di warung ini menyediakan berbagai macam menu sederhana sebagai teman bersantai dan berkumpul bersama teman-teman dan keluarga. Semua kalangan berbaur di tempat ini, walaupun makan di halaman depan toko, semuanya terasa nikmat. Ada suasana dan view kota di malam hari yang begitu memesona tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam untuk menikmati semuanya.
Warga kota pada umumnya terutama yang hidup di kota besar setiap hari akan menghabiskan waktu dengan berbagai rutinitas pekerjaan yang begitu padat. Akibatnya mereka kehilangan waktu untuk berkumpul dan melakukan hubungan sosial dengan lingkungan sekitar. Kaum urban tidak memiliki waktu untuk berleha-leha sejenak melepas penat selepas kerja. Kemacetan siap menadah waktu mereka, kota seperti ini berjalan seperti mesin, bukan untuk manusia. Jaime Lerner, gubernurParana, Brazil bagian selatan mengatakan bahwa “Kota bukan masalah, kota adalah solusi”. Kota tidak hanya menjadi kekuatan sebuah negara melainkan juga solusi bagi perubahan iklim.
Pembangunan kota berkelanjutan tidak hanya dimaknai dengan bangunan hijau, penghematan energi, transportasi massal melainkan hal penting yang harus dimaknai lebih jauh adalah konsep pembangunan kota dan desain kotanya. Desain kota yang berkelanjutan adalah perancangan kota yang cermat, menempatkan fasilitas publik pada lokasi yang tepat dengan pertimbangan kondisi tata guna lahan sekitar. Konsep perancangan kota Jaime Lerner telah memecahkan masalah di kota Curitiba, Lerner bahkan memimpin hingga tiga periode (1971–75, 1979–84 and 1989–92). Lernerberpendapat bahwa kota harus menampilkan sisi humanis agar warga kota merasa “hidup” di kotanya sendiri, tidak membenci kotanya.
Kota Yogyakarta boleh dikatakan memiliki semua hal yang dibutuhkan oleh warga kota. Desain kota Yogyakarta yang humanis merupakan faktor utama dalam pembangunan kota. Jika selama ini kota didesain seperti mesin, tidak memberi ruang bagi warga kota untuk menikmati kota, maka di Yogyakarta kita akan menemukan hal yang berbeda. Ke-humanisan Yogyakarta terdapat di beberapa kawasan seperti Kilometer nol, Sunday morning, XT Square, Malioboro, rel K.A Lempuyangan. Dapat dikatakan bahwa ciri humanis yang dihadirkan Yogyakarta telah meningkatkan kualitas hidup warga kotanya. Kondisi ini berpotensi dalam mendukung fungsi kota Yogyakarta sebagai kota budaya dan kota wisata. Dimasa yang akan datang semoga Yogyakarta tetap menunjukkan ciri humanisnya dalam menjawab tantangan pembangunan kota berkelanjutan.
wah unyu2 ya potonya... :D
ReplyDeleteyang nulis pasti unyu juga ini...
nuwun...:) ditunggu kiriman foto makan lesehan y fan
ReplyDeleteMenarik.. :)
ReplyDeletesemoga kota2 yg lain juga berjaya dgn ciri khasnya masing2 :)