Mengunjungi Meriahnya Pekan Hortikultura (Flora dan Flori) 2013 di Yogyakarta

Pekan flori dan flora Nasional 2013 kini digelar di Kota Yogyakarta, program yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian bekerja sama  dengan pemerintah daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 2-8 Oktober 2013. Kegiatan pekan flori dan flora mengusung tema “Hortikultura Nusantara sebagai Gaya Hidup”. Kurang lebih 1 ha, lahan digunakan untuk pengembangan tanaman hortikultura. Ada juga stand yang menampilkan berbagai hasil pertanian hortikultura setiap provinsi.

Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat yang tertarik mengembangkan pertanian hortikultura. Berbagai tanaman hortikultura di kembangkan di lahan tersebut. Beberapa tanaman hortikultura seperti tomat, cabai, terong, labu kuning, pare, kubis, gambas, caba rawit,sawi pakcoy, buncis dll dikembangkan selama 4 bulan sebelum kegiatan PFFN dilaksanakan. Saya dibuat kagum dengan penataan seluruh tanaman hortikultura tersebut. Pasalnya konstruksi tanaman hortikultura seperti jenis tanaman rambat menggunakan bahan rangka besi dan desain yang menarik. Beberapa diantaranya menggunakan besi yang didesain  melengkung.

13807858251281523564
Pekan Flora dan Flori 2013 di Yogyakarta
Pemeliharaan tanaman hortikultura dalam kegiatan PFFN patut diacungi jempol. Saya berharap kegiatan ini bisa dikunjungi masyarakat dan memberi manfaat bagi masyarakat yang kemudian juga tertarik untuk mengembangkan tanaman hortikulturan di pekarangan rumah atau sekolah. Kebetulan di asrama tempat tinggal saya sedang mencoba mengembangkan tanaman hortikultura, diantaranya tomat ceri, sawi sendok, seledri dan bayam. salah satu yang unik adalah pisang Tongka Langit khas Provinsi Maluku. Cara tumbuh pisang ini berbeda dengan pisang lain yang mengarah ke bawah, pisang Tongka Langit justru tumbuh membentuk percabangan.

1380786596770250052


13807867351992277552
salah satu varietas tomat yang dilombakan
1380786883733665344
jenis selada hijau dengan teknik tanam vertikal di dalam wadah pipa
13807872271426553977
1380787538168586837
struktur/rangka besi tanaman rambat
1380787685943128887
salah satu stand dari provinsi Sulawesi Selatan
13807878421317507277
Tomat (baca:lambace
1380788027715766221
stand pameran hortikultura dari kabupaten Bantaeng (Sul-Sel)
13807881622074122370
pisang Tongka Langit khas Ambon (Provinsi Maluku)

Sekiranya kegiatan ini juga bisa memicu petani atau kelompok tani agar menghasilkan tanaman hortikultura yang berkualitas. Hasil wawancara dengan salah satu peserta pameran tanaman hortikultura dari pemerintah Kabupaten Bantaeng mengungkapkan saat bahwa di Kab.Bantaeng telah mengembangkan berbagai inovasi di bidang pertanian hasil kerjasama dengan negara Jepang. Salah satunya adalah pengembangan buah talas yang kemudian dijadikan kerupuk olahan. Hasil buah-buahan yang cukup favorit di stand kab. Bantaeng adalah markisa. Menurut penuturan salah satu pengunjung stand, markisa Bantaeng sangat manis. Bahkan pengunjung tersebut meminta satu buah untuk di bawa pulang.

Hasil buah talas tersebut kemudian di ekspor ke luar negeri. Namun setiap program tentu memiliki beberapa kelemahan, menurut Beliau, pola pikir masyarakat petani menjadi kendala dalam pengembangan berbagai program pengembangan usaha pertanian. Ada tradisi yang sulit ditinggalkan oleh petani khususnya kebiasaan yang telah bertahun-tahun dijalani dalam proses penanaman. dan beberapa persoalan teknis lainnya yang masih menjadi penghambat. Masalah seperti ini bisa menjadi permasalahan klasik beberapa daerah lain di Indonesia.

Pemerintah khususnya Dinas Pertanian mungkin bisa merubah pendekatan lama ke masyarakat yang sering dilakukan selama ini. misalnya saja menggerakkan kembali kegiatan kepemudaan seperti karang taruna yang bekerja sama dengan mahasiswa pertanian. Pemuda karang taruna dan mahasiswa atau alumni membentuk komunitas yang secara bertahap mendampingi petani dalam kegiatan penyuluhan. Masyarakat tidak hanya membutuhkan bantuan pengadaan bibit saja, melainkan pendampingan selama proses pengembangan tanaman. Apalagi untuk varietas baru seperti talas misalnya.

Program pemerintah kabupaten Sleman di bidang pertanian sedang menggalakkan gerakan pemanfaatan pekarangan rumah untuk penanaman tanaman pangan sehari-hari seperti tanaman jenis sayuran dan buah. Ridwan Kamil walikota Bandung sejak beberapa tahun terakhir menggalakkan gerakan Indonesia berkebun yang bertujuan untuk mengajak masyarakat memproduksi sendiri kebutuhan pangannya. Selain lebih hemat, kegiatan ini juga berperan dalam penyelamatan lingkungan.

Saat ini masyarakat juga mulai tertarik dengan produk tanaman organik. Kesadaran masyarakat kita terhadap kesehatan sudah semakin baik. Walaupun sampai saat ini produk pertanian organik masih terbilang cukup mahal, setidaknya masyarakat memiliki pilihan untuk mengkonsumsi bahan makanan yang lebih sehat. Tantangan kedepannya untuk teknologi pangan pertanian terletak pada pengembangan tanaman pertanian hortikultura dengan kualitas yang sama dengan tanaman organik.  Pemasarannya pun bisa lebih luas dan harga jualnya bisa dijangkau segenap lapisan masyarakat.

****
Gambar di bawah ini merupakan hasil pengembangan tanaman jenis sayuran dengan teknik budidaya yang masih sederhana. Tujuannya ingin memanfaatkan tanah pekarangan depan asrama, sekaligus buat konsumsi teman-teman di asrama.
13807888051780206968
kalau yang ini masih percobaan mengembangkan hortikultura sederhana di asrama tempat tinggal saya.
1380788998312661503
jenis tanaman : sawi sendok
13807892351199979371
tanaman gantung, tapi beberapa tanaman ada yang gagal seperti loncang(daun bawang) .
13807894101566447692
tanaman sayuran jenis bayam yang dikembangkan pada wadah pot gantung
13807895881593145871
beberapa tanaman tomat ceri :)

Comments