Air berasa atau air beras merupakan julukan bagi permandian alam yang bersumber dari mata air pegunungan Lompobattang yang terdapat di kabupaten Bantaeng. Kawasan permandian ini menjadi salah satu andalan pariwisata alam di kabupaten Bantaeng. Selain sebagai kawasan wisata, permandian alam Eremerasa juga termasuk dalam kawasan hutan lindung. Sehingga banyak ditemukan pepohonan besar yang mengelilingi permandian ini.
Sumber air bersih di kabupaten Bantaeng mengandalkan mata air pegunungan. Di lokasi permandian alam Eremerasa, pengunjung bisa melihat langsung mata air tersebut. Pohon-pohon besar yang mengelilingi kolam permandian juga sesekali menyemburkan air dari akar pohon.
Kontur di kawasan permandian Eremerasa tidak berada di dataran, permukaan topografinya menyerupai mangkuk. Bisa dibayangkan pada bagian dasar mangkuk merupakan tempat permandian mata air dan kolam, kemudian dinding mangkuk sebagai tebing dengan kemiringan 8-15% (Landai).
Karena menyimpan potensi pariwisata alam seperti sumber mata air yang tidak pernah kering dan suasana sejuk karena banyak pepohonan rindang maka dijadikanlah kawasan ini sebagai kawasan wisata alam oleh pemerintah Bantaeng. Setiap hari libur, tempat ini selalu ramai dikunjungi oleh warga sekitar dan dari kabupaten tetangga. Angka jumlah pengunjung di kawasan wisata ini terbilang tinggi setiap tahunnya (13.508-14.420 jumlah wisatawan sejak tahun 2006-2010).
Dulu setiap liburan saya dan teman-teman selalu mengunjungi permandian ini. Saat itu saya tidak mengamati banyak hal seperti dampak lingkungan. Saya memang mengunjungi kawasan ini murni ingin berwisata. Tampaknya apa yang saya alami waktu itu bisa saja sama dengan pengunjung yang lain. Kami berwisata tapi tidak paham masalah lingkungan di tempat kami berwisata.
Tahun berikutnya saya berkunjung kembali ke kawasan permandian Eremerasa dan melihat tidak banyak perubahan kecuali kemunculan air dari akar pohon itu. Saya mencari referensi mengenai daerah rawan longsor ketika mengambil mata kuliah mitigasi bencana. Ciri-ciri daerah rawan longsor salah satunya dijelaskan dengan munculnya air yang keluar dari akar pohon terutama yang berada di kemiringan yang curam.
Di sisi kiri kolam permandian akar pepohonan di tutupi bebatuan, dibagian inilah rembesan air keluar antara batuan dan tanah. kejanggalan lainnya adalah ada batu besar yang terdapat di topografi yang landau tersebut. saya bertanya mengapa batu tersebut ada di tempat itu. Saya tidak menemukan jawaban yang memuaskan selain mitos yang digembar-gemborkan oleh penduduk setempat.
Menyadari dampak lingkungan yang timbul dari aktivitas pariwisata di permandian Eremerasa saya kemudian menjadikan kasus ini sebagai bahan penelitian saya untuk menyelesaikan studi waktu itu. Seperti yang diuraikan oleh Otto Soemarwoto (penulis buku Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan) bahwa lonjakan jumlah wisatawan akan berpengaruh pada daya dukung lingkungan di kawasan tersebut.
Semakin padat maka sumberdaya yang disedot juga semakin banyak. Satu contoh yang terlihat di kawasan wisata Eremerasa, beberapa kios PKL mulai merambah hingga ke tebing. Selain itu, masalah sampah menjadi perlu mendapat perhatian serius di kawasan ini. Dalam memanfaatkan fungsi kawasan dikenal dengan istilah ambang batas. Melebihi ambang batas yang disyaratkan inilah yang menjadi penyebab masalah lingkungan.
Setelah melakukan survey di kawasan permandian alam Eremerasa melihat potensi sekaligus ancaman lingkungan di kawasan ini. Ancaman lingkungan yaitu daerah ini rawan longsor, jika tidak ada upaya/perlakuan untuk menjaga daerah hulu (hutan lindung). Sedangkan potensinya adalah sebagai wisata lingkungan bagi pelajar.
Salah satu yang mengancam dari kondisi geologi pada Kawasan wisata Eremerasa adalah letak batuan yang berada pada kemiringan 25% arah kemiringan menuju kolam. Pada area ini sudah sangat jelas bahwa tidak dapat dilakukan pengembangan ataupun pembangunan fasilitas pariwisata.
Wisata lingkungan atau edukasi ini mengarahkan agar pelajar dan masyarakat umum memahami kondisi alam tempat wisata mereka terlebih dahulu. Pengunjung diajak untuk memahami bagaimana berwisata tanpa merusak lingkungan. Kawasan permandian Eremerasa saya bagi menjadi empat zona jenis pemanfaatan. Tujuannya agar fungsi kawasan untuk kegiatan pariwisata lebih jelas dan melindungi titik/spot di dalam kawasan yang mengalami ancaman kerusakan lingkungan.
Persoalan lain yang menjadi ancaman besar jika permandian alam Eremerasa tidak dilindungi dari bahaya kerusakan lingkungan adalah masalah air minum. Sampai saat ini kawasan Eremerasa menjadi sumber utama untuk bahan baku air minum oleh masyarakat di Kabupaten Bantaeng. Masalah sosial dan ekonomi akan menyusul berikutnya jika tidak tertangani dengan baik oleh pemerintah.
Saya menyimpulkan bahwa kawasan permandian alam Eremerasa tidak hanya kawasan wisata melainkan sebagai sumber penghidupan bagi masyarakat Bantaeng khususnya untuk kebutuhan air minum. Kawasan ini memiliki rantai fungsi yang saling terkait satu sama lain yakni: hutan (Alam), manusia, dan air.
Tidak ada yang berperan sebagai superior maupun inferior, ketiganya saling membutuhkan. Saya menggambarkan konsep mata rantai-mata air ini seperti Tri Hita Kirana Subak Bali (manusia,Tuhan dan alam). Nilai ini dipelihara untuk menjaga kelestarian sumber daya alam. Saya percaya bahwa bumi ini hidup, seperti manusia, juga merasakan sakit jika salah satu bagian tubuh tidak melakukan fungsinya. Semoga pariwisata di daerah kita tetap lestari, rekreasi tidak dipandang lagi sebagai sarana menyalurkan perilaku hedon namun sering tidak kita sadari.
*
sumber olah peta :
Peta Rupa Bumi (RBI)
Peta geologi (BPN Bantaeng)
Tracking lokasi (survey 2011)
Comments
Post a Comment
Apa pendapatmu?