Menapaki Jejak Romo Mangunwijaya di Sendangsono

Perjalanan menuju tempat pemakaman dan ziarah suci umat Katholik (Sendangsono) akhirnya terlaksana pada tanggal 18 Desember (1 minggu yang lalu). Butuh waktu berhari-hari sampai akhirnya saya memutuskan untuk berangkat pada hari itu. Rasa penasaran saya begitu menggebu-gebu sehingga ingin berkunjung ke tempat ziarah umat Katholik ini.

Untuk mengetahui banyak hal, saya tidak mau terjebak dalam kondisi penuh kebimbangan karena status sebagai mahasiswa maupun agama. Sekat-sekat aturan mana yang boleh dan tidak terkadang menghalangi niat seseorang untuk belajar (khususnya budaya, agaman dan tradisi). Jika saya hanya berkutat dengan “jubah” yang saya kenakan saat ini, mungkin tidak akan pernah ada interaksi dengan orang lain yang berbeda “jubah” dengan saya.

Tempat Ziarah Umat Katholik?, saya teringat dengan buku Paulo Coelho “The Pilgrimage” (ziarah). Novel ini menceritakan seorang lelaki yang kembali harus menjalani ujian dari Sang Guru, untuk menemukan kembali pedangnya. Lelaki ini diharuskan melakukan perjalanan suci atau yang dikenal dengan istilah ziarah.

Perjalanan ini bukan perjalanan biasa selain karena ditempuh dengan berjalan kaki, perjalanan ini sarat makna. Bahwa yang melakukan perjalanan ziarah akan menemukan hakikat kehidupan yang sesungguhnya dan menemukan eksistensi Tuhan yang selama ini dipertanyakan.

Salah satu kompasianer (saya suka tulisan-tulisannya) Marlistya Citraningrummengatakan pada saya bahwa ketika masih bersekolah asrama di Muntilan setiap tahun ada perjalanan “visi-misi”. Perjalanan “visi-misi” ini berakhir di tempat ziarah umat Katholik Sendang Sono. Tujuannya juga tidak jauh berbeda dengan perjalanan ziarah yang dilakukan umat kristiani di Yerusalem.

“Saya hanya ingin tahu, belajar dan menuliskannya”, begitu yang saya katakana pada seorang teman agar paham dengan tujuan saya. Hingga akhirnya saya sampai juga di tempat ziarah umat Katholik Sendangsono. Perjalanan menuju tempat ziarah ini bisa ditempuh di jalur jalan utama menuju Kulon Progo atau lewat Magelang dan memasuki Muntilan.

Letak  desa tempat ziarah ini berada di daerah ketinggian dan cukup terpencil. Mengunjungi tempat ziarah ini kita akan disuguhkan dengan pemandangan alam luar biasa. Waktu itu saya melihat perjalanan menuju Sendang Sono seperti mengelilingi bukit, tikungan jalan agak curam, sehingga perlu lebih hati-hati mengendarai kendaraan.

Tujuan lain saya ingin mengunjungi tempat ini karena tempat ziarah Katholik Sendangsono merupakan kawasan dengan penataan lingkungan terbaik pada tahun 1991. Penghargaan ini diberikan oleh IAI (Ikatan Arsitek Indonesia). Tahun 2004, Keuskupan Agung Semarang (KAS) menetapkan Sendangsono sebagai momentum lahirnya Gereja Katolik yang berciri Jawa di Kalibawang dan sekitarnya.

Luar biasa, itulah yang saya rasakan saat melihat penataan kawasan ziarah tersebut. Undakan yang terbuat dari paving tersusun sangat rapi di sepanjang sempadan sungai. Bentuk pundak-berundak yang dinamis (mengingat lokasi yang berada di pegunungan) dan anak tangga yang bersusun selang-seling berbentuk segi enam.
1387936554313891595
1. sungai yang mengalir di dalam kawasan ziarah 2.Undakan yang mengikuti kontur lahan, paving berbentuk segi enam
Keistimewaan tempat ziarah rancangan Romo Y.B. Mangunwijaya ini menempati area perbukitan. Kontur bukit tetap dipertahankan dengan membangun undakan yang berfungsi sebagai tangga.Terlihat penuh kehati-hatian karena konsekuensi pengolahan lahan yang lebih rumit, namun hasilnya menunjukkan keindahan alam dan tetap menjaga daerah resapan air.

Selain itu terdapat bak penampungan air yang cukup unik karena penampungan air setinggi > 2,5 m itu tidak terbuat dari penampung air seperti drum gallon. Melainkan terbuat dari batuan yang disusun setinggi > 2,5 m dan berbentuk lingkaran. Bangunan ini mengalirkan air ke saluran pipa yang terdapat di bagian bawah (kontur paling rendah).
13879366611869667662
1.Bak penampungan air terbuat dari material batu 2.air sendangsono, mengalir dari pipa yang terhubug dengan bak penampungan air
Air ini digunakan para pengunjung (umat kristiani) untuk membasuh muka, mungkin sama dengan kegiatan wudhu (bersuci) yang dilakukan umat Islam sebelum melakukan shalat. Bangunan lainnya juga memiliki gaya arsitektur dengan atap yang meruncing di bagian paling atas, bangunan ini dinamakan sebagai Kastel Para Rasul.
1387936774149878411
1. bangunan ini dinamakan Kastel Para Rasul 2.Lokasi makam
Di sepanjang jalan menuju Gua Maria, saya melihat fragmen-fragmen yang menceritakan perjalanan Yesus Kristus dalam mewartakan kabar gembira. Dan pada setiap fragmennya, terdapat tatakan lilin di mana umat Nasrani dapat menyalakan lilin. Dikawasan ini pengunjung tidak memerlukan banyak tempat duduk, pengunjung cukup duduk di undakan yang berbentuk segi enam, begitu dekat dengan alam.

1387936852344898405
fragmen patung perjalanan yesus kristus
Setelah puas mengelilingi kawasan ziarah Sendangsono, saya kemudian kembali menuju Jogja. Wisata spiritual, tempat ini memberi kesan tersendiri bagi saya. Romo Mangunwijaya telah memikirkan perancangan kawasan lingkungan ini sejak 20 tahun yang lalu. Sekarang konsep Romo Mangunwijaya yang banyak menggunakan material alami bambu dan kayu mendapat banyak pernghargaan karya arsitektur. Konsep ini ternyata sudah lama diterapkan di Sendangsono.

Romo Mangunwijaya, tidak perlu mengikuti tren pembangunan dan penataan lingkungan waktu itu, berbeda dengan yang terjadi di masa sekarang. Go green entah mengapa seperti sebuah brand sebuah produk, diterapkan namun setengah-setengah. Apa yang telah dilakukan Romo Mangunwijaya dengan menata ulang kembali kawasan ziarah Sendangsono menjadi pelajaran penting dalam perjalanan saya menemukan remah-remah pengetahuan yang tidak terbatas tempat, golongan dan agama.

*Hari ini adalah hari berbahagia seluruh umat manusia di muka bumi, selamat Natal bagi semua yang merayakan. Teruntuk Romo Mangunwijaya, turut kutasbihkan doa, atas semua kebajikan yang telah dilakukan di masa lampau. Yang telah membawa pelajaran berharga bagi orang yang masih mau berfikir, merasakan dan mau berbuat untuk melestarikan lingkungan.
Salam

Comments