Siang itu 9 April 2014 bertepatan dengan pemilihan
legislatif, saya berkesempatan mengunjungi Sleman, ke salah satu dusun yang
menjadi tempat tinggal warga korban erupsi Merapi 2010. Gapura gerbang masuk
memberitahu saya kalau nama dusun ini adalah Kuwang, terletak di desa Agromulyo,
Cangkringan. Saya tertarik dengan tulisan di salah satu blog yang berkisah tentang kehidupan di dusun Kuwang (baca disini).
Erupsi Merapi Yogyakarta Selasa 26 Oktober 2010
(sumber: Antara/Wahyu Putro A)
Erupsi Merapi
mengingatkan saya pada sosok yang
disegani karena pengabdian dan kecintaannya yang luar biasa pada tugasnya
sebagai juru kunci Merapi, Mbah Marijan. Mbah Marijan mengajarkan publik saat
itu bahwa ketika sumpah sebagai juru kunci Merapi dilakoni, sejak saat itu pula
seluruh hidupnya diabdikan untuk menjalankan amanah.
Tahun 2014,
semuanya telah berubah, tidak ada lagi keputusasaan seperti yang terjadi pada
tahun 2010. Masyarakat perlahan menata kembali kehidupannya. Bersahabat dengan
Merapi yang juga dianggap sebagai berkah dari alam. Tanah yang subur, air
sungai yang jernih mengaliri desa-desa yang hanya berjarak 4 kilometer dari
Merapi. Saat ini sebagian korban erupsi yang berasal dari Cangkringan memiliki
hunian baru di dusun Kuwang.
Memasuki dusun Kuwang terlihat jajaran bangunan rumah
penduduk dengan bentuk seragam. Kondisi fisik bangunan terlihat masih baru,
dilihat dari tumpukan sisa material bahan bangunan yang ada di halaman depan rumah
warga. Selain itu terdapat juga plang jalur evakuasi dan titik kumpul
masyarakat yang digunakan untuk situasi darurat ketika terjadi bencana alam
seperti erupsi Merapi.
Bangunan yang menjadi titik kumpul ketika terjadi bencana
dilengkapi dengan plang arah evakuasi, sumber : dokumen pribadi 10 April 2014
Siang itu relatif sepi, mungkin warga beristirahat sehabis
mencoblos. Saya berkeliling blok
perumahan, yang disebut sebagai huntap (hunian tetap). Saya berjalan di
beberapa blok, terlihat lengang sekali, hingga akhirnya saya sampai ke blok D,
saya melihat ada warga yang sedang duduk santai menemani seorang rekan sebaya
dan tiga orang anak kecil.
Mawar terlihat kaget dengan kedatangan saya siang itu, namun
setelah saya menjelaskan maksud kedatangan saya, dia mulai terlihat lebih
santai berbicara dengan saya. “Saya kira
mbak mau nulis untuk skripsi, banyak mahasiswa yang sering datang kesini untuk
nulis skripsi” kata Mawar. Saya tersenyum mendengar penuturan Mawar,
rupanya dusun Kuwang menjadi salah satu dusun yang sering dijadikan penelitian di
bidang arsitektur dan pembangunan masyarakat.
“Kami memang merasa bersyukur
saat ini sudah memiliki tempat tinggal, awalnya saya dan keluarga masih
menempati huntara”.
Huntara adalah hunian sementara sebelum menjadi huntap
atau hunian tetap. Sebagian besar masyarakat korban erupsi dari berbagai dusun
yang terkena dampak cukup parah telah dibuatkan oleh pemerintah bangunan hunian
tetap lengkap dengan fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial yang terletak
di dusun Kuwang.
1. Bangunan Huntap di dusun Kuwang
2. Tempat penampungan sampah sementara
Tanggal
9 November 2010, Kepala PMU REKOMPAK-JRF mengeluarkan kebijakan tentang Tata
Cara Pemanfaatan Bantuan Dana Lingkungan (BDL) untuk Kegiatan Penanggulangan Dampak
Bencana Erupsi Merapi. Kebijakan ini bertujuan untuk memaksimalkan kegiatan
penanggulangan dampak bencana dan pendampingan bagi masyarakat desa yang
mengutamakan pemberdayaan masyarakat desa.
Sebanyak 200 KK menjadi penghuni huntap di dusun Kuwang,
namun belum semua bangunan resmi ditinggali oleh penduduk. Tanah yang
ditinggali warga dusun Kuwang saat ini merupakan tanah khas desa, yaitu tanah
yang dikuasai oleh pemerintah desa dan dapat digunakan untuk penyelenggaraan
pembangunan dan pelayanan masyarakat desa. Masyarakat korban erupsi memilih
bertahan dan tetap tinggal dekat dengan Merapi karena dianggap sebagai bagian
dari kehidupan mereka.
“Mau tinggal di mana
mbak?, saya sudah merasa nyaman tinggal di sini, belum tentu pindah di tempat
yang baru kami bisa lebih baik, lagipula saya mau ambil uang dari mana kalau
harus bangun rumah di tempat baru.”
Walaupun tempat tinggal mereka saat ini lebih sederhana,
Mawar merasa tidak masalah apalagi merasa miskin.
Menurut Mawar sebagian warga sebelumnya memang punya rumah yang cukup luas. Dahulu
sebelum terjadi bencana erupsi, sebagian penduduk di lereng Merapi memiliki
tanah dan rumah yang luas, rumah mereka katanya memang luas karena dipakai
untuk menyimpan hasil kebun. Pemerintah memang memberi bantuan sebesar Rp30
juta untuk renovasi bangunan, selebihnya diserahkan kepada warga jika ingin
mengubah atau menambah bangunan baru.
Bantuan rumah Rekompak dengan jumlah dana stimulan Rp30 Juta
Mawar sendiri menambah bangunan baru di bagian depan
rumahnya, yang ia digunakan untuk membuka warung kelontong kecil-kecilan. Mengandalkan
hasil pertanian seperti sebelum terjadi erupsi Merapi dianggap kurang
menguntungkan lagi. Mawar bertutur kalau saat ini dia ingin berjualan di rumah
saja sekalian menemani anaknya di rumah.
Sampai saat ini yang dikeluhkan Mawar adalah masalah air
bersih, air PDAM kadang tidak mengalir hinga berhari-hari karena jumlah
terbatas sementara penduduk yang membutuhkan jumlahnya terus meningkat. Mawar
memilih menggunakan air sumur, walaupun juga disediakan bak penampungan air,
namun air di bak penampungan tersebut hanya cukup untuk konsumsi selama dua
hari.
Kondisi drainase dan air PAM di blok huntap dusun Kuwang
Empat tahun terbilang relatif untuk mengukur seberapa cepat
masyarakat bisa kembali membangun dan menata kembali kehidupan dan
perekomiannya. Mawar tidak menuntut perubahan yang muluk-muluk, bisa
merencanakan masa depan yang lebih baik saja sudah disyukurinya. Anak-anaknya
masih bersekolah seperti biasa, masih bisa bermain dengan kawan sebayanya.
Kebutuhan dasar seperti sandang dan papan sudah terpenuhi,
tantangan terbesarnya adalah penyesuaian dengan kondisi lingkungan yang juga
masih baru. Namun Mawar optimistis jika bencana seperti erupsi Merapi bukan untuk
ditakuti lagi, sekarang Mawar dan warga lainnya sudah jauh lebih siap dengan
pengalaman bencana sebelumnya, terbukti dengan disediakannya fasilitas evakuasi
dan jalur aman untuk evakuasi.
Selain Mawar, saya juga bertemu dengan beberapa warga dusun
yang sementara menunggu hasil pemungutan suara pileg. Terlihat sejumlah warga
yang sedang membereskan peralatan seperti mikrofon dan kursi-kursi. Saya berbincang
dengan ibu paruh baya yang baru saja ikut pileg. “Mbak asalnya dari mana?”, saya menjawab kalau saya dari daerah
lain (luar Jawa).
“Mba ikut milih ya? sekalipun
bukan warga asli mbak bisa pakai e-KTP aja”. “Kami bersyukur karena di dusun Kuwang semua masyarakat ikut nyoblos
hari ini, ya.. kecuali yang ada di luar negeri, kira-kira ada 200-an warga yang
terdaftar sebagai pemilih dan sekitar seratus tujuh puluh lima yang ikut
nyoblos hari ini.”
Ibu tersebut menuturkan kalau antusias warga sebelum dan
sesudah erupsi Merapi masih tinggi. Sepertinya warga masih menaruh harapan
besar pada calon pemegang amanah rakyat ini. Seperti kisah Mbah Marijan yang
tetap setia menjaga amanah dari Sultan untuk menjadi juru kunci Merapi, semoga
caleg pilihan rakyat dari dusun Kuwang mampu menjaga amanah dan memiliki
keteguhan yang layak diapresiasi layaknya Mbah Marijan.
1. Suasana setelah pemilihan legislatif di dusun Kuwang
2. Masjid adalah fasilitas umum yang terdapat di dusun Kuwang
Di akhir perbincangan saya dan Mawar tersirat pesan
sederhana namun sangat menyentuh saya yang lahir di daerah aman dari bencana. Mawar
berharap air bersih tetap mengaliri bak penampungan air di dusun mereka. Kegiatan
pemberdayaan masyarakat seperti pembuatan tempe yang belum berjalan, diharapkan
bisa menggerakkan secara massal perekonomian penduduk kuwang.
Mawar bertutur dari dusun Kuwang, menitip pesan tersirat
agar kita yang selama ini tinggal di daerah relatif aman dari bencana bisa
belajar banyak dari warga Kuwang. Bagaimana mereka pernah terpuruk dan bangkit
kembali untuk menyambut rencana hidup yang jauh lebih baik.
***
Tulisan ini dipersiapkan untuk mengikuti lomba menulis blog yang diadakan oleh Dompet Dhuafa Indonesia
periode 27 Maret sampai dengan 10 Mei 2014
Comments
Post a Comment
Apa pendapatmu?