Jelang AFTA, Jakarta Siap?

Bank Dunia merilis indeks kemudahan melakukan bisnis tahun 2014, International Finance Corporation (IFC) dan menyebutkan Indonesia berhasil meningkatkan posisi menjadi peringkat 120 dalam kategori kemudahan melakukan bisnis. Akan tetapi jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia dan Thailand, Indonesia masih tertinggal cukup jauh. Malaysia berada di peringkat ke-6 sedangkan Thailand berada pada peringkat ke-18.

Sejak menggaungkan Malaysia Truly Asia sebagai brand pariwisata, jumlah lonjakan wisatawan asing ke Malaysia terus meningkat tajam. Sekitar 24 juta orang pada 2011 menjadi 25 juta orang pada 2012, atau sekitar 1,3 persen wisatawan asing setiap tahunnya berkunjung ke negeri yang bergelar Harimau Malaysia ini. Malaysia tidak hanya menjadi negara tujuan wisata, Malaysia, Singapura dan Thailand bahkan menjadi negara tujuan untuk kuliah kerja lapangan di kampus saya pada tahun 2010.

Jika dilihat dari aspek infrastruktur kota, tiga negara Malaysia, Singapura dan Thailand memiliki infrastruktur kota yang sangat memadai khususnya transportasi. Kondisi kota Bangkok sebetulnya tidak jauh berbeda dengan Jakarta, bedanya adalah Bangkok memiliki sistem transportasi massal seperti MRT (Mass Rapid Transit).

Jakarta sendiri masih harus berkutat dengan infrastruktur yang jadi masalah sejak lama. Jumlah penumpang busway rata-rata perhari sekitar 350 pnp, saat ini sudah beroperasi di 12 koridor seperti rute Blok M-Kota, Pantai Gadung-Harmoni, Kalideres-Harmoni.

Pembangunan MRT dan tambahan bus TransJakarta masih berjalan sangat lambat, bahkan hibah bus oleh pihak swasta masih terkendala masalah birokrasi yang berbelit-belit. Total armada terakhir tahun 2012 sebanyak 669 unit. Moda transportasi yang digunakan saat ini adalah BRT (Bus Rapid Transit), kereta listrik, bus angkutan kota (Metromini), taxi, angkutan roda dua (ojek), dan bajai. Moda transportasi tersebut belum mampu mengurai kemacetan yang terjadi setiap hari. Berikut adalah data jenis kendaraan di ibukota Jakarta dan emisi yang dihasilkan:
13965230412032786919
Tahun 2015 negara-negara  ASEAN akan memasuki era perdagangan bebas atau yang dikenal dengan AFTA (Asean Free Trade Area). Tantangan klasik seperti SDM dan daya saing produk masih menjadi wacana dalam persoalan siap atau tidak siap Indonesia menghadapi AFTA.

13965232631348303984
AFTA sendiri tidak hanya membahas soal kemampuan meningkatkan daya saing produk atau pemenuhan kualitas SDM guna  memenuhi kebetuhan industri jasa. Arus datang-pergi manusia yang akan semakin besar mulai 2015 membutuhkan Jakarta yang lebih bisa disesuaikan, dinamis dan tetap menantang sebagai tujuan bisnis.

Pertanyaannya adalah akan seperti apa kota merespon pergerakan ekonomi dan perdagangan bebas di era Afta? serta bagaimana lompatan budaya masyarakat menghadapi persaingan global untuk pertukaran jasa profesional seperti dokter dan tenaga pengajar?.
Global Cities Prime International Residential Index, konsultan di bidang properti menyebutkan bahwa Jakarta masuk dalam jajaran kota di dunia yang menyebabkan tingginya nilai properti mewah di kota tersebut. Dibandingkan dengan Singapura, nilai properti di Singapura masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Jakarta.

Harga Properti mewah di Jakarta berada dalam kisaran Rp.46,8 juta per meter persegi sedangkan properti mewah di Singapura berkali lipat nilainya berada pada level 357,1 juta) per meter persegi. Bangkok mencapai 9.234 dollar AS (Rp 105,5 juta) per meter persegi, dan Kuala Lumpur 5.882 dollar AS (Rp 67,2 juta) per meter persegi.

Data lainnya seperti penelitian Jones Lang La Salle menyebutkan ada 20 kota di seluruh dunia yang masuk dalam indeks kota dinamis, dan Jakarta masuk peringkat 12. Indeks kota ini bertujuan untuk mengukur perubahan dan mengindentifkasi faktor kekuatan pertumbuhan ekonomi suatu kota.
13965231051761928095
Indeks ini menggunakan data ekonomi dan pertumbuhan properti untuk memberi informasi bagi pengembang dan investor dalam melihat masa depan ekonomi suatu kota. Untuk rencana jangka panjang Jakarta, Singapura dan Shenzen dinilai berpotensi di bidang sosial, ekonomi dan investasi real estate. Fakta di atas menujukkan AFTA akan berdampak terhadap lonjakan perubahan fungsi lahan dan harga properti meningkat pesat di kota besar seiring dengan  perkembangan dan pergerakan ekonomi. Konsekuensinya, kepadatan.

13965231521016834640
Urbanisasi dan pergerakan orang dari berbagai pelosok dan negara selain membutuhkan ruang yang lebih, juga memerlukan kualitas lingkungan hidup perkotaan yang semakin baik. Kota Jakarta semestinya tidak lagi dirancang sebagai tempat tinggal jangka panjang.

Kawasan perkampungan Jakarta seperti perkampungan etnis yakni kampung Bugis di Penjaringan atau kampung Betawi dan kampung Melayu di Jatinegara dapat dikembangkan sebagai perkampungan lokal ekonomi kreatif. Misalnya dengan membentuk perkampungan warung, menerapkan sistem Two in One dalam penggunaan lahan (fungsi ganda), siang hari untuk lahan parkir dan pada malam hari berfungsi sebagai kegiatan perdagangan. 

Prinsip utamanya adalah menjadikan lahan parkir menjadi perkampungan warung pada malam hari. Konsep perkampungan lokal ekonomi kreatif seperti ini menjadi inovasi baru dalam bidang industri kreatif.

Kota Jakarta dirancang agar semakin terbuka dengan perubahan, dan pergerakan manusia yang datang silih berganti. Kebutuhan mendasar warga kota seperti air bersih, sistem transportasi massal, dan energi menjadi prioritas utama peningkatan kualitas lingkungan kota.
Singapura dan Kuala Lumpur sudah menjawab tantangan mendasar warga kotanya.

Pengelolaan sampah di Singapura mampu menghasilkan keuntungan ekonomi bagi pemerintah Singapura. Kualitas air bersih dan udaranya bebas polusi menjadikan kota ini sebagai kota paling layak huni. Tidak mengherankan iklim investasi dan pendapatan perkapita warganya adalah yang tertinggi di Asia Tenggara.

Indonesia Siap Masuk Era AFTA?
Lewat buku Kangen Indonesia pengajar budaya asal Jepang yang pernah tinggal di Indonesia Hinasori Kato menuturkan banyak hal yang membuatnya sangat terkejut ketika tiba di Jakarta. Kejadian tidak mengenakkan seperti pencopetan, kemacetan dan budaya disiplin yang masih rendah menjadi perhatian khusus Kato.

Pengalaman Hinasori Kato dapat disimpulkan bahwa masih banyak tahapan atau lompatan peradaban yang harus kita lalui untuk menghadapi tantangan pembangunan di masa depan seperti AFTA. Dan tentunya AFTA akan menjadi gerbang baru bagi Indonesia untuk menjajaki transformasi peradaban sosial dan budaya yang semakin dinamis.

Jakarta saat ini telah memiliki rencana Jakarta Green Metropolis 2050 yang merupakan hasil sayembara kota Jakarta, yang diadakan oleh Kementrian PU. Jakartagreen metropolis bertujuan membawa Jakarta menuju kota dunia dengan mengutamakan isu lingkungan dan pemanfaatan energi terbarukan. Masalah air bersih misalnya dapat dipenuhi dengan memanfaatkan sumber air danau dan air sungai. 
Dengan asumsi jumlah penduduk di Jakarta pada tahun 2012 sebesar 9,7 juta jiwa dan pada tahun 2050 berjumlah 19,5 juta jiwa. Masalah lingkungan lainnya di kota Jakarta dikelola melalui pendekatan teknis seperti pengelolaan sampah yang menghasilkan energi listrik. Seperti diketahui jumlah sampah per hari di Jakarta sebanyak 27.966 m³/hari.

Melalui pengolahan sampah menjadi listrik diperhitungkan mampu memenuhi kebutuhan energi listrik sebesar 33 juta megawatt/hour. Pemanfaatan energi terbarukan seperti solar panel di gedung-gedung pemerintahan (saat ini sudah diterapkan di gedung Kementrian PU), bangunan komersil, kantor swasta dan rumah sakit. Pemanfaatan energi terbarukan juga menghasilkan penghematan bahan bakar fosil yang keuntungannya setara dengan penyediaan 10.000 unit rumah bagi warga Jakarta.

Jakarta khususnya pada perkampungan kumuh yang telah tertata dapat mengembangkan terobosan baru dalam pengadaan konsumsi pangan. Tujuaanya adalah meningkatkan perekonomian warga setempat, meningkatkan kualitas lingkungan setempat. Pada tahap awal dapat dikembangkan di kawasan kumuh sehingga kawasan ini memiliki nilai ekonomi yang berdaya saing.

Pemeliharaan dan pengelolaan di bidang lingkungan akan meningkatkan fungsi kota ke arah yang lebih menguntungkan dari sisi investasi. Biaya pembangunan jangka pendek dapat ditekan sehingga alokasi angaran pemeliharaan lebih diprioritaskan.

Sistem seperti ini semakin meningkatkan daya saing kota yang berdampak pada kesiapan Jakarta menjadi lokasi berinvestasi. Menyiapkan rencana kota untuk menghadapi tantangan pembangunan AFTA  diperlukan tanpa harus menghapus jejak kehidupan sosial warga kota Jakarta atau warga/penduduk aslinya.

Comments