Sulsel Baru: Peluang Mengembangkan Think Tank Terbesar di Indonesia Timur

Sumber:i.ytimg.com

Selain kekayaan rempah-rempah seperti Pala, Cengekeh, Kakao dan Merica, Sulawesi Selatan juga menguasai sektor perikanan karena kekayaan hasil lautnya yang melimpah. Sektor pertanian Sulawesi Selatan adalah salah satu lumbung pangan terbesar di Indonesia. Unggul di ketahanan pangan, Sulawesi Selatan juga memiliki kekayaan alam karst yang terindah di dunia setelah Tiongkok. UNESCO menetapkan karst di wilayah Kabupaten Maros hingga Pangkep adalah warisan budaya dunia (World Heritage). Usia karst yang terbentuk di wilayah Maros-Pangkep diprediksi sekitar 40 juta tahun dengan sebaran formasi yang membentuk Paparan Carbonat Tonasa.

Beranjak ke arah utara Provinsi Sulawesi Selatan, terdapat kekayaan budaya yang juga cukup terkenal di mancanegara karena pesona religi dan adat istiadatnya. Dari kekayaan adat religi hingga kopi yang mendunia, tidak mengherankan Kabupaten Tanah Toraja menjadi destinasi wisata favorit di Sulawesi Selatan.

Pesona religi di Kabupaten Tana Toraja semakin diperkuat dengan dibangunnya patung Yesus tertinggi di dunia di Bukit Buntu Burake, Kecamatan Makale. Dengan kemudahan akses darat menuju Tana Toraja jumlah kunjungan wisatawan domestik dan asing ke daerah ini juga terus bertambah. Data kunjungan wisatawan asing ke Tanah Toraja dalam kurun waktu 2009-2015 berjumlah 83.634 wisatawan. Salah satu optimalisasi potensi wisata di Tanah Toraja adalah aksesibilitas. Saat ini kendaraan umum berupa bus-bus antar daerah dengan fasilitas premium juga menyediakan banyak pilihan bagi wisatawan.

Potensi pertumbuhan Sulawesi Selatan bagian Selatan
Dahulu potensi sumberdaya alam, kebudayaan dan pariwisata di bagian Utara Sulawesi Selatan (Maros-Tanah Toraja, Tanah Toraja-Luwu Timur) jauh lebih berkembang bila dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten di bagian Selatan seperti Kabupaten Jeneponto, Bantaeng, dan Selayar. Namun dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini, pemerintah daerah di kabupaten bagian Selatan Sulsel berhasil melakukan reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang cukup siginifikan.

Hasil paling singnifikan terjadi di Kabupaten Bantaeng. Kini berkat kepemimpinan yang cenderung inovatif, kepala daerah di daerah ini berhasil membawa Bantaeng mencapai berbagai penghargaan tingkat provinsi dan nasional. Dua tahun berturut-turut (2008-2009) Bantaeng berhasil meraih adipura untuk kategori kota kecil, dan untuk pertama kalinya. Sektor ekonomi juga mulai berkembang, pabrik-pabrik pengolahan hasil laut dan hasil perkebunan telah dibangun, dengan mitra kerjasama dari luar negeri seperti Jepang dan Korea Selatan.

Selain kemudahan berinvestasi, aspek pelayanan publik seperti kesehatan juga tidak luput dari perhatiannya. Pemerintah Kabupaten Bantaeng membangun sebuah rumah sakit berstandar yang tidak hanya melayani masyarakat dilingkup Bantaeng saja, tetapi juga menjadi Rumah Sakit rujukan bagi kabupaten di sekitarnya (Sinjai-Selayar-Bulukumba, dan Jeneponto). Fasilitas mobil patroli kesehatan beroperasi duapuluh empat jam, untuk menjangkau penduduk yang tinggal di desa-desa terpencil. Inovasi-inovasi ini tidak pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya.

Pencapaian yang diraih Kabupaten Bantaeng di beberapa bidang seperti infrastruktur, sarana umum, inovasi tata kelola pemerintahan, penataan kota, pariwisata dan ekonomi ternyata berpengaruh positif bagi daerah sekitarnya. Kabupaten Jeneponto misalnya, daerah yang terkenal dengan jalan rusak ternyata kini mulai bersaing dengan kabupaten sekitarnya. Dimulai dengan peningkatan kualitas jalan provinsi, tranparansi anggaran, dan penataan fasilitas pelayanan publik pelan-pelan membuat Kabupaten Jeneponto mulai berbenah meningkatkan kualitas taraf hidup masyarakatnya.

Begitu juga dengan Kabupaten Bulukumba dan Selayar dengan mulai menggiatkan kembali sektor pariwisata baik melalui website resmi pemerintah setempat maupun dari media sosial Instagram. Upaya ini cukup berhasil mengangkat nama pantai-pantai baru. Begitu juga dibidang budaya, kini mulai dicari dan memiliki pasar wisatawan sendiri yakni keunikan cara hidup masyarakat Suku Kajang di Kabupaten Bulukumba atau keindahan Takabonerate yang dahulu sempat stagnan karena minimnya promo-promo wisata.

Dengan tumbuhnya iklim berinvestasi yang cukup baik di kabupaten-kabupaten bagian Selatan, pengelolaan pariwisata dan infrastruktur jalan yang sudah semakin baik tentu membawa angin segar bagi pemerataan pembangunan di Sulawesi Selatan. Kemajuan pembangunan yang merata pada seluruh kabupaten di Sulawesi Selatan memberi citra positif bagi Sulawesi Selatan di mata investor.

Kemudahan berinvestasi sangat diperlukan di Sulawesi Selatan, mengingat hampir seluruh kabupaten memiliki keunggulannya masing-masing. Dari segi keamanan dan stabilitas pemerintahan, Sulawesi Selatan selama bertahun-tahun juga berhasil menjaga kerukunan umat beragama. Stabilitas keamanan dan pemerintahan ini cukup penting di mata investor asing, sebagai modal utama menanamkan kepercayaan, tidak hanya modal usaha saja.

Dengan potensi alam, budaya dan keberagaman etnis yang sangat berlimpah, maka kemajuan Sulawesi Selatan tinggal diperkuat di bidang infrastruktur lintas kabupaten dan penguatan sumberdaya manusia. Optimisme pemerintah mulai terealisasi, pembangunan infrastruktur mulai digalakkan. Target pemerintah Sulsel kini mulai berjalan dengan direncanakannya pembangunan jalur kereta api tahap I dari Kota Makassar-Tana Toraja.

Rencana pembangunan jalur kereta api tersebut juga telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Sulawesi Selatan Tahun ().
Lalu, dengan potensi yang cukup banyak tersebut seperti apa langkah-langkah yang harus dilakukan seluruh stakeholder (pemangku kepentingan) di Sulawesi Selatan untuk memaksimalkannya?

Sulawesi Baru, Masa Kini dan Peluang di Masa Depan

1.     Mengambil Peluang dari Arah Bisnis Global 2020
Saat ini, Indonesia yang tergabung dalam ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) tengah menggiatkan peningkatan potensi ekonomi berbasis inovasi ekonomi digital. Kementerian Komunikasi dan Informasi tengah mendorong para inovator muda Indonesia untuk mewujudkan target pemerintah, menciptakan 1.000 inovator di bisnis rintisan/startup. Bisnis tekno ini memanfaatkan ketersediaan sumberdaya alam dan keunikan budaya di Sulawesi Selatan. Misal aplikasi layanan fasilitas wisata, dan aplikasi jasa transportasi perjalanan, dan masih banyak lagi yang bisa dikembangkan.

Peluang menciptakan 1.000 inovator/teknopreneur dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pemuda-pemudi Sulsel, tentu dengan penguatan di penyediaan sarana dan prasarana baik secara fisik maupun regulasi oleh pemerintah Sulawesi Selatan. Berkaca dari India yang sukses dengan lembah silicon / Silicon Valley, pusat pengembangan inovasi teknologi dan digital yang sukses meningkatkan investasi asing.

Mungkin ke depan, Sulsel juga akan memiliki Silicon Valley seperti India yang berpusat di Samata, Gowa. Mengingat, di Samata tengah berdiri dua universitas negeri terbesar di Indonesia Timur, Universitas Hasanuddin dan Universitas Islam Negeri. Secara kualitas, pelajar dan alumni terdidik Sulsel dapat bersaing dengan pelajar di Jawa, hanya saja karena minimnya sarana edukasi dan lemahnya tradisi belajar yang membuat sebagian generasi muda Sulsel terjebak di zona nyaman, menjadi konsumtif, dan minim kreativitas.

Tradisi berkompetisi ini bisa dibangun dari sekarang, memperbanyak fasilitas publik, ruang-ruang kreatif, dan yang fenomenal di luar negeri adalah ruang inkubator. Ruang inkubator ini ibarat sebuah gedung yang terdiri dari banyak ruangan, kemudian dengan sistem sewa yang relatif murah, maka komunitas muda dapat menggunakannya untuk mewujudkan ide-ide brilian mereka. Ruang inkubator ini dimanfaatkan oleh seluruh komunitas, baik seni, sains, teknik, sastra, perfilman dan komunitas lainnya.

Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo juga telah membuka kesempatan yang cukup besar bagi inovator dan pengusaha Indonesia untuk berlaga di kerjasama pemerintah Indonesia dengan Negara-negara di Asia Pasifik yang dikenal dengan istilah TPP. TPP adalah Trans Pacific Partnership, kemitraan Trans Pasifik sebuah blok perdagangan bebas yang beranggotakan 12 negara. Negara yang bergabung dalam TPP ini adalah Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jepang, Selandia Baru, Meksiko, Cile, Peru dan empat Negara Asia Tenggara.

Selain menguntungkan dari sisi penghapusan tariff perdagangan di 12 negara yang mencapai 40%, TPP sendiri memiliki manfaat bagi pengusaha Indonesia untuk meningkatka kualitas produk dan inovasinya. Beberapa kesepakatan internasional lainnya yang diikuti Indonesia adalah AFTA, dimana persaingan tenaga muda professional lintas Negara semakin terbuka. Lalu, apakah Sulawesi Selatan sudah siap menyambut peluang ini? Atau orang muda Sulsel hanya jadi penonton melihat sumberdaya manusia dari luar Sulsel yang bisa menikmati nilai positifnya, sementara Sulsel hanya jadi penonton.

Saat ini penting bagi pemerintah Sulsel, jika serius menggarap cita-cita besar mewujudkan Sulsel baru adalah dengan mendata mahasiswa (i) asal Sulawesi Selatan yang sementara menempuh pendidikan maupun yang telah selesai pendidikannya di luar Sulsel. Ada banyak anak-anak muda Sulawesi Selatan yang sekolah di Jawa dan di luar negeri.

Jika dikumpulkan, dan pemerintah daerah serius membangun daerah melalui ide dan kreativitas mereka, Sulsel akan memiliki pusat lembaga Think Tank terbesar di Indonesia Timur. Hal ini menjadi sebuah terobosan baru, gairah berkompetisi di generasi berikutnya akan tumbuh, dan tradisi sebagai gudangnya remaja terpelajar akan terbangun.
Tadinya mungkin saja ada pelajar/mahasiswa yang pulang untuk membangun daerah, namun karena kuatnya budaya nepotisme di daerah akhirnya mereka terjungkal juga. Mereka akhirnya memilih berkarir di luar Sulsel. Keburukan ini yang harus ditinggalkan dan mulai memetakan potensi sumberdaya manusia dan diaspora asal Sulawesi Selatan.


 2.     Memaksimalkan Kekuatan Komunitas Muda Sulsel di Bidang Teknologi

Belum genap lima tahun sejak industri teknologi digital berkembang, pencapaian anak-anak muda di Indonesia kini begitu tinggi berkat penguasaan bisnis berbasis teknologi. Bisnis-bisnis startup mulai didirikan, industri perfilman animasi dan kesenian kontemporer juga semakin berkembang. Komunitas muda Sulsel telah membuktikan kreativitas mereka di bidang perperfilman yang mampu sejajar dengan sineas muda nasional. Film Silariang dan Uang Panai menandai sebuah pencapaian kreativitas sineas Sulsel dengan mengangkat tradisi dan budaya di Sulawesi Selatan.

Kini komunitas muda di berbagai daerah mulai berinovasi dan menciptakan temuan-temuan di bidang seni, lingkungan, dan teknologi yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Bisnis yang dijalankan oleh orang-orang muda atau peluang bisnis yang sasarannya juga orang muda, diprediksi menjadi sebuah model bisnis baru di masa depan.

Dari fenomena ini kita bisa melihat fakta jika membangun daerah ke depan,  tidak lagi berkiblat pada kegiatan perdagangan konvensional melainkan mulai bergeser ke industri teknologi yang membutuhkan kreativitas orang-orang muda. Kota-kota di Sulawesi Selatan bisa belajar dari cara Jakarta dan Bandung memberdayakan orang-orang mudanya. Alih-alih membiayai proyek monumental dengan biaya trilyunan, mengapa tidak membangun ruang-ruang kreativitas bagi masyarakat seperti yang ada di Jakarta atau Bandung.

Gedung atau ruang kreativitas yang disediakan oleh pemerintah daerah dapat digunakan oleh kelompok masyarakat, dan berbagai komunitas untuk mengembangkan kreativitas dan rancangan inovasi produk mereka. Ibaratnya, penguatan sumberdaya manusia tidak melulu harus bernaung di sekolah-sekolah formal, balai latihan kerja, dan lembaga-lembaga kursus.

Penguatan sumberdaya manusia justru dikembangkan oleh kelompok kerja dan komunitas itu sendiri, sedangkan peran pemerintah ada di penyediaan sarana prasarana. Ruang kreativitas yang didirikan pemerintah akan membangun kemandirian warga dan penguatan komunitas. Upaya seperti ini sangat kental dengan prinsip keberlanjutan, artinya limpahan sumberdaya manusia yang handal tentu akan menjadi investasi jangka panjang bagi pembangunan daerah di Sulawesi Selatan.

Karena orang-orang muda di Sulawesi Selatan kelak menjadi pelaku bisnis di masa depan, maka pemerintah daerah perlu mendorong minat anak-anak muda untuk berkecimpung di bidang teknologi. Pemerintah daerah bisa memulai dengan menyiapkan program beasiswa ke luar negeri untuk belajar teknik, belajar seni, program kerjasama magang dengan perusahaan di luar negeri dan pelatihan bahasa asing di seluruh jenjang pendidikan.

Ketika sarjana-sarjana terampil ini kembali ke daerah masing-masing, mereka diwadahi berupa ruang pengembangan inovasi bisnis pengelolaan sumberdaya alam. Misalnya pengelolaan bisnis perikanan, pertanian, perkebunan yang akan membantu memecah kebutuntuan pemerintah daerah dalam pengelolaan potensi sumberdaya daerah. Selain memaksimalkan pengelolaan sumberdaya alam, target lain yang harus dikejar ada di bidang seni dan kebudayaan.

Seni dan kebudayaan di Sulawesi Selatan sebenarnya cukup beragam dan jika dikemas dengan baik, maka dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan. Sayangnya kesenian Sulawesi Selatan masih dilihat sebagai sebuah pertunjukan beragam pentas kesenian daerah, belum menjadi citra ikonik sebuah daerah. Jika dikelola dengan inovasi, pemerintah daerah bisa menyusun kembali festival-festival rakyat dan kesenian dalam bentuk even bulanan dan tahunan. Langkah seperti ini juga termasuk upaya mengenalkan, melestarikan kesenian dan kebudayaan kepada generasi baru.

Gerakan Sulawesi Selatan baru, dapat dicapai melalui pembangunan sumberdaya manusia. Menguatkan komunitas muda dengan beragam keahlian, berbasis penguasaan teknologi namun tetap mengakar rumput karena seni dan budaya ikut dilestarikan. Pemerintah Sulsel bisa melihat bagaimana Yogyakarta unggul dalam kualitas sumberdaya manusia namun nilai-nilai tradisi tetap terjaga hingga saat ini, bahkan kebudayaan mereka menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Keberadaan Universitas Hasanuddin sebagai universitas terbesar di Indonesia Timur seharusnya mampu sejajar dengan kota-kota maju di Pulau Jawa. Keseriusan pemerintah daerah dan provinsi untuk memajukan pendidikan dengan program anti mainstream kelak dapat menekan laju urbanisasi anak-anak muda Sulawesi Selatan ke Pulau Jawa.
Kelak, pusat pendidikan, perdagangan kedepan tidak lagi menjadi Jawa sentris melainkan menjadi Indonesia sentris karena kendali pembangunan sudah tersebar di Timur, Tengah, dan Barat Indonesia. Pada tahap ini, Sulawesi Selatan akan menjadi corong/kiblat pembangunan dengan kerjasama antar provinsi di Indonesia Timur.



***

Comments